“ada pesen gak bude? “ tanyaku
“nggak ada mbak, katanya mau telpon lagi “ jawab bude siti sambil menutup pagar rumahku
Sesaat ada keinginanku untuk langsung menghubungi ayu, adik bungsuku tapi rasa gerah tersengat teriknya matahari tak bisa kuhindari lagi, segera aku ke kamar mandi untuk cuci muka sekaligus mengambil air wudhu.
Setelah selesai ganti baju dan shalat dhuhur, segera kuambil handphoneku dari dalam tas, kuhubungi ayu.
“Assalamualaikum..ayu ini mbak”
“Waalaikumsalam mbak ......” sahut ayu, nadanya terdengar begitu lirih, seakan menahan tangis .
“Lho !!!...ada apa yu?? “ tanyaku
Ayu tak menjawab tapi dia menangis sesegukan, seakan ingin melepas sesak didada, air mata yang dia tahan dari tadi tumpah sudah.
“ ayu..” panggilku
Jika sudah begini aku tak bisa berbuat lebih, aku hanya bisa meraba ada sesuatu yang terjadi yang begitu mengguncang hatinya.Ayu memang begitu dekat denganku, dia bungsu dari 5 bersaudara, aku yang paling sering diajak curhat olehnya, aku hanya diam menunggu beberapa saat hingga dia agak tenang.
“Mbak, maafin ayu klo mungkin ayu banyak salah ama mbak” ujarnya sambil tetap menangis
“ayu sayang sama mbak”
“Jangan pernah benci ayu ya mbak...” pinta ayu
“Ayu ikhlas kok, klo ayu salah tegur aja ayu mbak”
“Ayu gak sanggup klo mbak juga benci sama ayu juga “ terdengar isak tangis nya masih begitu jelas tapi dia berusaha bicara.
“Ada apa sebenarnya yu?? Mbak nggak ngerti apa maksud kamu ! “ tanyaku heran
“Mbak juga sayang sama kamu “
“Buat apa mbak benci sama adik mbak?? “ tanyaku
“Mas Galih mbak..” jawabnya lirih
“Galih??? “ tanyaku lagi
“ada apa dengan galih?? Kamu berantem lagi ya?? Di telpon?? “ tanyaku
Ayu tak menjawab, masih terdengar isak tangisnya , sepertinya aku sudah bisa menebak apa yang terjadi, Galih adalah adik laki-lakiku, memang sebulan terakhir ini galih dan ayu seringkali salah paham tentang suatu hal, dan itupun terjadi hanya melalui telpon, sms dan bbm. Aku pribadi lebih senang apabila membahas suatu masalah dengan bertemu muka bukan lewat telpon atau alat tehnologi canggih seperti apapun, karena itu bisa membuat masalah menjadi abu-abu.
“Ayu juga gak ngerti mbak, ada apa sebenernya”
“tadi ayu coba hubungin mas galih, pengen nanya tentang alternatif liburan buat rombongan anak sekolah, tapi susah banget gak diangkat2”
“ayu coba hubungin mbak enggar, minta tolong disampein pesenku aja” tambah ayu
“tapi apa coba yang ayu dapetin, bukan info tentang liburan, mas galih malah sms marah-marah sama ayu” tegas ayu , masih tersirat perasaan emosi yang teramat sangat.
“seumur-umur mbak, baru kali ini mas galih sms kasar banget”
“ini semua gara-gara mbak mala, katanya mas galih marah sama ayu karena tersinggung kata-kata ayu waktu telp ama mbak mala” sahut ayu gusar
“kok tega sih mbak mala, kenapa gak bilang dari dulu sama ayu mbak??”
“mas galih bilang benci sama ayu mbak...”
“gak mau anggap ayu saudara atau adik lagi”
“ayu sedih mbak tapi ayu pasrah terserah apa maunya mas galih” kata ayu lagi, setelah itu terdengar dia terisak kembali
Sudah kuduga, terjadi lagi kesalahpahaman itu, aku memang sudah mendengar masalah itu tetapi aku memang tidak membahasnya karena aku tahu dari cerita bukan dengan menyaksikan sendiri dengan mata kepalaku sendiri..semua kemungkinan bisa terjadi bila sesuatu yang penting dibahas melalui telpon atau sms saja, bagiku itu bukanlah alat untuk menyelesaikan masalah atau mencari solusi.Salah ucap, salah persepsi,salah penafsiran bisa terjadi.
Dalam diamku aku berpikir, aku harus bisa senetral mungkin,keduanya adalah adikku.Peranku sebagai seorang kakak sangat dibutuhkan disini, aku sangat menyayangi keduanya, yang terpenting saat ini bukan berpihak pada siapa dan mencari siapa yang salah tapi bagaiman jalan keluar yang terbaik tanpa meninggalkan jejak kebencian.
Kudengar ayu masih terisak, tapi uda mulai mereda
“ya uda deh..klo kamu masih pengen nangis, nangis aja sepuas kamu”
“mbak tunggu..sampai kamu tenang ya”
“mbak yakin kalo kamu uda tenang, pasti kamu bisa berpikir jernih, sekarang kamu masih diselimuti emosi “ kataku lagi
Perlahan isak tangis mulai tak terdengar lagi, sudah terhenti, kalo sudah begini berarti emosinya sudah mulai mereda, dia bisa menerima apa yang akan kita bicarakan nanti.
“ iya mbak..ayu uda sedikit lega” jawab ayu
“Alhamdulillah.....” kataku
“mbak sebenernya uda denger masalah itu, mbak denger dari mbak mala juga dari galih langsung” tandasku
“lho???? Mbak uda tau kenapa nggak cerita sama ayu sih?? “ kata ayu sedikit sewot, mungkin dalam pemikirannya saat ini, aku juga sedang memusuhi dia
“bukan begitu, mbak kan nggak tau kejadian sebenernya yu..jadi ya mbak lebih baik nunggu kamu cerita ama mbak duluan” jawabku
“eh ..malah keduluan kejadian seperti ini”
“mbak gak bela siapapun disini...mbak sayang sama semua adik mbak”
“ sebenernya kamu ngomong apa sih yu, waktu telponan sama mbak mala??” tanyaku
“ayu gak inget mbak, perasaan ayu gak ngomong yang aneh-aneh kok” jawab ayu
“ masa sih.. soalnya menurut cerita yang mbak denger, ayu juga marah-marah waktu itu” kataku
“coba deh diinget-inget” kataku lagi
Sejenak ayu terdiam, mungkin ingatannya kembali ke beberapa hari yang lalu , mengingat apa yang dia bicarakan saat telponan dengan mbak mala
“ iya mbak ayu inget, habisnya terbawa topik mbak, jadinya ayu berbawa emosi juga, mana waktu itu ayu lagi sumpek banget mbak,jadinya mungkin kelepasan omong” kata ayu
“iya mbak ngerti banget kok, gimana klo kamu uda emosi”jawabku
“tapi waktu itu galih gak sengaja dengernya, mbak mala gak tau ada galih datang “
“kan yang ayu omongkan semuanya bener kenyataan mbak” bantah ayu
“seandainya dikumpulkan ayu berani kok, ayu gak takut ngomong semuanya”
“ iya..mbak paham banget maksud kamu”
“tapi sesuatu yang maksudnya baik kalo kecampur emosi malah gak baik diterimanya “ ujarku berusaha sediplomatis mungkin.
“yang lalu biarlah berlalu, semua orang punya kesalahan, berusaha untuk memaafkan karena semua ini kehendak-NYA” kataku lagi
“ tapi ayu bingung apa yang dipikiran mas galih mbak..”
“anggap aja sementara ini galih lagi emosi sama seperti kamu waktu itu” kataku sambil menunggu responnya
“mbak boleh kasi saran nggak??” tanyaku
“ apa mbak?” tanya ayu padaku
“sebaiknya kalian bertemu untuk membicarakan semua ini, bukannya selama ini hanya lewat telpon, takutnya kesalahpahaman itu bertambah lebar” saranku
“tapi mas galih pasti tetep kasar ama ayu mbak, dia selalu menghindari ayu mbak, yang ada malah ayu ama mas galih berantem, kan yang kasihan bunda mbak” ayu mencoba menjelaskan
“klo semua ini dibiarkan berlarut-larut justru lebih kasihan bunda yu..kepikiran terus” jawabku
“yaa....liat aja nanti deh mbak..beneran ayu lagi males banget ribut” kata ayu sewot
“ayu uda pasrah kok...terserah aja apa maunya mas galih”
“gak dianggep saudara lagi ya uda”
“tapi sampai kapanpun ayu tetep menganggap mas galih ada kakak ayu “ tambah ayu
“aduuh..adikku sayangku, cantikku, itu bukan solusi yang tepat buat saat ini’” candaku
“saat ini diam tak bertegur sapa bukanlah suatu jalan keluar yang tepat klo menurut mbak sih” kataku lagi
“ coba gini deh...kamu bayangkan mungkin nggak klo berhadapan langsung kamu bakal dimaki sama mas galih, mungkin nggak kamu bakalan diusir sama mas galih, mungkin gak kamu bakal dihajar sama mas galih?? Semua itu gak mungkin kan? “ kuajak ayu membayangkan seandainya kejadian itu sudah terjadi
“nggak tau ya..mbak kok merasa yakin banget, klo seandainya kamu ketemu langsung dan bicara dari hati ke hati sama galih pasti lain ceritanya, apalagi sebagai saudara muda berusaha saling minta maaf dan memaafkan” jelasku
“percaya atau nggak galih itu sayang banget sama kamu, sama kayak mbak sayang ama kamu, kamu juga sayang kan ama galih?? “ tanyaku
“ iya mbak...ayu sebenernya sayang banget sama mas galih tapi mas galihnya yang nyebelin, suka kasar “ jawab ayu
“Nah..tuh bener kan, mbak yakin banget ..bicara dari hati ke hati akan lebih menyelesaikan masalah
“gitu ya mbak?? “ tanya ayu sambil nada bicaranya terdengar melunak
“iya deh mbak, biar ayu coba karena ayu sedih klo sesama saudara saling berantem”
“tapi ijin mas fajar dulu ya mbak..cari waktu yang longgar dulu”
“pulang sebentar gitu aja ya mbak buat nemuin mas galih terus pulang deh.. ntar ketemuan dirumah bunda “ rencana ayu
“ ok..sip deh” kataku
“mbak gak bisa bicara banyak lagi..takutnya ada misunderstanding lagi hehhe lebih baik klo ada waktu kita ketemuan ya”
“iya mbak..ayu juga pengen banget ketemu mbak tapi kerjaan di rumah ada aja gak selesai-selesai hehhehehhehhe”
“gitu dooong..uda bisa ketawa lagi”
“hehehe..mbak ada aja, jadi malu deh, makasi ya mbak buat semuanya”
“siang-siang jadi dengerin ayu nangis deh”
“ya gak apa-apa daripada dengerin ayu jerit-jerit” kemudian kami tertawa bersama
“Assalamualaikum” kata ayu
“Waalaikumsalam” jawabku
Kuletakkan handphoneku di meja, kemelangkah menuju kamar anak-anak, ternyata mereka sudah tidur siang dengan pulasnya, kudekati mereka kukecup dahi mereka satu persatu, kududuk di sebelah mereka
Kutatap dalam-dalam wajah keduanya, harapanku semoga sampai kapanpun anak-anakku bisa rukun dan saling membantu hingga mereka dewasa, hingga suatu saat bila aku sudah tiada mereka tidak kehilangan keseimbangan karena masing-masing saling mengingatkan.Pikiranku menerawang seakan menembus plafon atap rumahku, kuteringat bundaku..ya harapan dan keinginannya tidak jauh berbeda dengan harapan dan keinginanku kepada anak-anakku.Semua orang tua sama dimanapun mereka berada, mereka selalu menginginkan anak-anaknya rukun dan bahu membahu saling membantu bila ada salah satu yang membutuhkan bantuan.
Pikiranku teringat pada ayu, dia masih muda , masih berusia 22 tahun tapi dia memang memutuskan untuk menikah muda,mungkin masalah2 seperti ini bisa jadi merupakan pembelajaran atau proses untuk menjadi lebih dewasa karena sebelumnya dia memandang masalah itu hitam dan putih.
Kembali bayangan wajah mbak mala, mbak yasmin, galih dan ayu memenuhi otakku,kami lima bersaudara, aku tepat ditengah, yaitu nomor 3..namaku azzahra tapi semua biasa memanggilku Ara, saat belum menikah kami begitu kompak, masih bisa berkumpul dan langsung menyelesaikan masalah bila ada perselisihan terjadi tapi kini kami sudah menikah, terpisahkan jarak dan waktu ditambah dengan kesibukan masing-masing, kami Cuma berkomunikasi dengan telpon atau sms saja, jarang sekali kami bisa bertemu bersama.
Telpon atau sms memang salah satu kecanggihan teknologi tapi itu tak bisa menggantikan perasaan yang sebenernya disaat kita menyelesaikan suatu masalah yang penting. Seandainya bertatap muka, kita bisa melihat mimik muka, ekspresi dan apa yang diucapkan , bisa juga merasakan dengan hati sedangkan di telpon yang diandalkan adalah suara, bila nada berbeda sedikit keras atau yang menangkap arti kata salah terjadilah seperti yang dialami galih dan ayu “ SALAH PAHAM “
Dalam hatiku aku terus berdoa semoga galih dan ayu bisa menyelesaikan masalah kesalahpahaman ini dengan kepala yang dingin, aku yakin mbak mala dan bunda bisa menjadi penengah yang diandalkan karena Cuma mbak mala yang rumahnya dekat dengan bunda dan galih, sedangkan mbak yasmin jauh di luar pulau.
Aku juga tak bisa memungkiri, walau apapun yang terjadi persaudaraan memiliki ikatan darah pasti tak bisa dikalahkan oleh apapun, jika ada itu hanya beberapa kejadian saja, semoga keluargaku termasuk golongan orang yang pertama bukan yang beberapa saja, pasti kasih sayang yang ada lebih besar dari rasa benci karena suatu hal yang disebabkan kesalahpahaman. Semua orang memiliki kesalahan baik yang disengaja maupun tidak, saling mengerti , saling memaafkan dan saling memahami bisa menjaga persaudaraan tetap terjaga, baik dengan saudara kandung kita maupun dengan orang lain yang sudah menjadi saudara kita, kita lupakan masa lalu, kita tatap masa depan untuk menjadi yang lebih baik.
Yang selalu kuinget “ Orang yang kuat sesungguhnya bukan orang yang berani melawan banyak musuh tapi sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai dirinya di saat dia marah”..ya kata mutiara yang artinya memang seperti mutiara.Suara adzan ashar seakan menyadarkan aku dari lamunan panjangku, segera ku bergegas mengambil air wudhu dan sholat ashar.
Dua hari berlalu, belum ada kabar dari ayu, tiba-tiba aku teringat ayu, aku sendiri belum sempat menghubunginya karena terfokus pada kesibukanku sendiri, tiba-tiba handphoneku berbunyi...kulihat ayu memanggil...
“panjang umur si ayu” ujarku dalam hati, mungkin juga ini yang namanya ikatan batin hehhe
Yang jelas aku senang sekali ayu meneleponku.
“Assalamualaikum mbak” kata ayu dengan nada sumringah, berbeda saat menelepon dua hari yang lalu.
“Waalaikumsalam..hai gimana kabar kamu yu??”
“Baru aja mbak mikirin kamu, tadi seandainya kamu gak telpon pasti mbak bakalan telepon kamu”
“hehehehhehe..ayu lagi seneeeng mbak” kata ayu
“ayu uda ketemu ama mas galih mbak”
“ terus gimana??”tanyaku
“apa galih masi marah?? Apa kalian ribut??” kucecar dia dengan pertanyaan,eeh yang ditanya malah cekikikan
“enggak mbak..aman..86..86..mbak bener, ayu baru tau ternyata mas galih itu sayang banget sama ayu “jawabnya
“ayu sadar ayu juga salah mbak..kemaren ayu ngobrol banyak ama mas galih”
“ayu juga minta maaf ama mas galih”
“mas galih juga minta maaf ama ayu”
“mas galih juga gak seperti yang ayu denger di telpon”
“ seneeng..ternyata mbak bener lagi hehehhe” kata ayu lagi
“Ada aja kamu yu..yu....walaupun mbak mala, mbak yasmin juga sama pasti pendapatnya sama mbak” jawabku
“alhamdulillah..ikutan seneng aaaah”
“maaf ya yu..mbak gak bisa bantuin langsung, kemaren juga gak hubungin kamu tapi mbak selalu berdoa kok ..agar semuanya baik-baik aja.
“walah..gpp mbak..saran-saran mbak selalu ayu nanti lho” goda ayu
“mbak udahan dulu ya...ayu mau kepasar neh..stok belanjaan sudah habis..sekali lagi makasi mbak”
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam” jawabku
Senyum tak lepas dariku, aku bahagia sekaligus bersyukur,keyakinanku terbukti. Ikatan persaudaraan lebih kuat dari rasa benci, saling memahami, saling mengendalikan ego, saling memaafkan akan menghasilkan keindahan yang tiada taranya.
“aku sayang kalian adik-adikku”
“ya Allah..terima kasih atas karunia-MU juga kasih sayang-MU pada kami, selalu limpahkan rahmat dan ridho-MU..” ujarku dalam hati.
Hatiku begitu bahagia,seindah cuaca hari ini,mentari bersinar dengan hangatnya menyinari bumi tanpa pamrih sedikitpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar