Saat angkara murka berkuasa
gelap merajalela di musim semi
air mata untuk sesuguh perjamuan
suara tangis bagai kidung pengiring
saat kasih sayang tergadaikan
jubah keangkuhan yang berharga
walau senyum menghias singgasana
kutahu jiwa raga penebus ruang waktu
syair senandung sang bunda menjumpai diriku
menyelinap bersama angin petang
membisikkan kepedihan di lubuk hatiku
tersentak..seakan aliran darahku mengalir deras
sehingga membuat dasar sanubariku ternganga
menyaksikan sang bunda dalam sinar tudingan api
diriku terisak, merasakan kesedihan sang bunda
pelindung juga janda yang lara
apa yang kulihat?
apa yang kurasa?
bercampur menjadi satu menusuk nurani
seakan jampi- jampi yang menari
mengafani kesenduan dengan impian
mengalahkan kehebatan sebuah ilusi
mengapa fajar begitu lama menjelang
seakan pagi tak kuasa melumat
datanglah mentariku
biarkan gelap itu pergi
walaupun sang alam telah penat
dan mengucap selamat tinggal
dalam senandung senyap dan membius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar