Minggu, 06 November 2011

Sebuah surat untuk pangeran


Malam masih menggenggam gelapnya

seakan tak rela akan hadirnya mentari

masih tergiang kumandang takbir menyentuh hati

menyusup dalam aliran darah

berlomba pada nadiku


Kucoba membedah sebuah mimpi merekah

kita memang berbeda

kaulah bangsawan cinta

mungkin benar mimpi bisa menyesatkan untuk menerima yang nyata

mimpi tentang pangeran dan kuda putih


Aku masih disini..

mencoba mengirimkan sebuah surat pada sungai hatimu

dengan sebuah perahu sarat muatan rindu

dimana pada layarnya tertera namamu


Dari ruang imajiku tlah kau bantu aku menuliskan kata cinta

sunyiku pada penaku, seakan lautan kata dingin dan membeku

dengan keteduhan wajahmu

kujadikan rembulan sebagai ranting-ranting aksara


Aku akan selalu tetap disini

menjemput pagi sebelum pagi datang

menorehkan ketajaman penaku, walau kadang menggoreskan kegelisahan

merangkai senyummu untuk kujadikan sebuah majas


Pangeran...saat kau tambatkan kuda putihmu

telah kau bangun pelangi kisah untuk para pecinta

di setiap jejak langkahmu, tumbuh mawar indah yang berduri

jadilah kamu laut dalam dan biru

mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu

walaupun dayang-dayang cintamu selalu mengikuti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar